Tentang BLOG

Blog ini sendiri banyak berisi tentang sejarah perjuangan dan kemegahan kesultanan aceh di masa lampau, kisah pejuang aceh yang sangat perkasa, sejarah sejarah kesultanan lainnya di nusantara serta kisah medan perang yang jarang kita temukan. semoga bisa menjadi motivasi bagi kita bersama untuk terus menggali sejarah dan untuk menjadikan sejarah sebagai motivasi dalam kehudupan kebangsaan kita.

Rabu, 15 Oktober 2014

PERJUANGAN TEUNGKU RAJA SILANG ( T.ACHMAD SYAILANI) MELAWAN PENJAJAH BELANDA

Paduka Raja Silang
Awal sejarah Belanda ikut campur dalam urusan pemerintahan di Tamiang, dikarenakan terjadinya perpecahan atau perang saudara antara T. Achmad dengan T. Usman di Kerajaan Bendahara, hingga mengakibatkan tewasnya Raja Usman pada tahun 1864, istri & puteranya T Sulung lari ke Langkat meminta bantuan kepada Tengku Musa ( Pangeran Langkat ). Sejak kejadian tersebut, Belanda mulai berkuasa di Sumatera Timur ( disebabkan mulai terpecahnya kerajaan-kerajaan di Tamiang) dan adanya hubungan T Sulung Laut degan Langkat, maka Negeri Seruway yang selama ini menjadi bagian dari Kerajaan Bendahara ingin menjadi bagian dari kerajaan Langkat.
Langkat yang semula merupakan bagian dari Kerajaan Siak telah memutuskan diri dari kerajaan tersebut dan Belanda menetapkan Langkat menjadi sebuah kesultanan, maka Langkat di jadikan Belanda sebagai pintu gerbang agar dapat masuk dan mencampuri urusan pemerintahan di bumi Tamiang secara bertahap.
Peristiwa ini sungguh mengecewakan raja-raja di Tamiang, akan tetapi T. Sulung Laut tidak menyadari, sebenarnya dia telah di jadikan umpan oleh Sultan Langkat untuk kepentingan ekspansi kolonial Belanda. Hasil kesepakatan yang di lakukan semua raja Tamiang, memutuskan hubungan dengan T. Sulung. Raja-raja Tamiang juga menghubungi Teuku Itam yang pada masa itu menjadi wakil Sultan Aceh, agar dapat hadir dalam pertemuan di pulau Kampai guna membahas kapal-kapal perang Belanda yang dengan leluasa melalui perairan laut Tamiang dan teluk Haru serta menangkap kapal-kapal tongkang milik nelayan pribumi pada saat itu melakukan pelayaran perdagangan ke Malaka dan Penang ( malaysia ).
Tindakan belanda sudah sangat melampaui batas, melalui T. Sulung dan Sultan Langkat, Belanda dan raja-raja Tamiang mengadakan pertemuan di atas kapal perang Belanda. Dalam pertemuan tersebut di putuskan bahwa belanda tidak mencampuri urusan dalam negeri kerajaan – kerajaan yg ada di Tamiang, akan tetapi Belanda meminta kepada raja-raja Tamiang untuk untuk menyetujui beberapa kata sepakat antara lain :
1. Mengakui T. Sulung Laut sebagai Raja Seruway dan bergabung dengan Kesultanan Langkat dan         terpisah dari Kerajaan Bendahara.
2. Kerajaan Bendahara harus bertanggung jawab atas kematian T. Usman.
3. Raja-Raja Karang wajib membayar pajak kepada Belanda atas perdangan luar negeri (ekspor )
Kerjasama yang di tawarkan Belanda kepada raja- raja Tamiang di tolak dgn tegas oleh raja-raja Tamiang, maka pertemuan tersebut tidak mencapai kata sepakat, Raja Bendahara ( T. Achmad ) bersama Raja Muda Wakil dari Sungai Iyu tetap melakukan perniagaan dengan kerajaan tetanga ( Malaysia ) dan sering terjadi bentrokan dengan tentara patroli Belanda di perairan Tamiang. Untuk kedua kalinya pertemuan dengan raja- raja Tamiang di lakukan, kali ini pertemuan di adakan di pulau Kampai. Wakil dari Kerajaan Karang Raja Ben Raja, wakil dari Kejuruan Muda Raja Nyak Cut, hasil kesepakatan dari pertemuan tersebut adalah :
1. Raja Tamiang Hulu dan Raja Karang mengakui t sulung laut Bergelar Sultan Muda Indera Kesuma       II sebagai Raja Tamiang Hilir/ Seruway
2. Raja-raja Tamiang bekerjasama dengan belanda hanya dalam urusan dagang
Raja Bendahara menolak kata kesepakatan, maka situasi di perairan tamiang kurang kondusif dan belanda meningkatkan patrolinya di perairan tersebut. Dalam rangka perang melawan Aceh, Belanda juga memutuskan melakukan penyerangan ke daerah Karang, Kejuruan Muda dan Bendahara, dengan mengharapkan bantuan dari Sultan Muda Seruway. Maka pada tahun 1874, peperangan di Tamiang mulai terjadi. pada bulan januari 1874, pemerintah Belanda memilih seruway sebagai Controleur yang mewakili Belanda dan menyatakan seruway masuk ke Sumatera Timur (Deli)
Controleur tersebut ialah “Neuman” di bawah Asisten Resident Van Deli. Belanda mulai membangun benteng-benteng pertahanan. melihat situasi seperti ini, Raja Karang dan Bendahara mulai meminta bantuan dari Lamnga dan Peurelauk jika Belanda melakukan penyerangan. Pada bulan Desember 1878 secara mendadak Laskar Tamiang melakukan penyerangan dan menewaskan 14 orang serta 5 orang luka-luka dari pihak tentara belanda di bukit selamat.dari peristiwa ini belanda memperkuat pasukannya dan aktif melakukan patroli, tetapi Belanda belum mampu melewati sungai Tamiang untuk dapat mendarat di bagian utaranya.
Pada tanggal 8 Desember 1885 Laskar Tamiang melakukan penyerangan ulang di seruway. penyerangan kantor pabean Belanda di pulau Kampai dan pos Belanda di salah haji. belanda segera mengerahkan personilnya sebanyak 42 Opsir,1 pasukan Brigade atas 3 orang personil dan 121 serdadu bumi putera. terjadi peperangan yang sangat dasyat, laskar tamiang maju tanpa takut, karena telah mendapat dukungan dari aceh yaitu kedatangan panglima nyak makam dari lam-nga. belanda menambah pasukannya sebanyak 200 personil serta senjata lengkap.sebuah stombargs milik militer belanda di tembaki oleh laskar tamiang di seruway, rumah penduduk yg selama ini membantu belanda juga di bakar oleh laskar tamiang,3 sekoci yang berisi serdadu belanda yang akan mendarat di seruway dari kapal HM Sindoro di Rantau Pakam di tenggelamkan dan semua personil tewas tak luput juga rumah kapten cina Seruway ( Lie Sen Se ) di bakar Laskar Tamiang.
Melihat situasi Belanda telah memperkuat pasukannya di seruway dan Kuala Tamiang, pada tanggal 16 november 1889 Raja Silang memutuskan perdagangan dan menyatakan angkat senjata melawan Belanda. Raja Umar adik dari Raja Silang yang beribu orang Gayo meminta bantuan pasukan dari Gayo ( pinding & lokop ) bersama dengan raja silang melawan Belanda. pada tanggal 13 febuari 1893 puluhan sekoci Belanda mendarat di seruway beserta team kesehatan dan senjata lengkap. pada hari jumat pagi, tanggal 13-2-1925, telah berpulang kerahmatullah di kota Tanjung Karang, Paduka Tengku Raja Silang bergelar Kejuruan Karang

TEUKU MUHAMMAD DAUD CUMBOK,.

Teuku Muhammad Daud Cumbok


Dia sangat berani, kalau tidak boleh dibilang nekat dan sembrono," kata Reid, Direktur Asia Research Institute (ARI), Singapura. Di tengah-tengah suasana gandrung kemerdekaan, Daud Cumbok malah gembar-gembor Indonesia belum siap merdek. Desember 1945, pemerintah pusat memaklumkan Teuku Daud Cumbok pengkhianat Republik dan harus dihukum. Daud cumbok menyangkal semua tuduhan pemerintah RI tersebut.
Alasan alasan terjadi nya perang cumbok tersebut adalah;  T Cumbok memprakarsai perang karena uleebalang saat itu menginginkan Status Quo sebagai Landlord dan elit politik ingin mempertahankan "kekuasaannya" terlebih banyak Uleebalang (Teuku) merupakan 'gelar pemerintahan militer Hindia Belanda' sebagai penguasa lokal / administratif (politik Belanda untuk memecah struktur masyarakat di Aceh atas anjuran Snouck Hargrunje) yang disuplai sebelumnya (persenjataan dan legitimasi) oleh Belanda sehingga khawatir apabila NKRI merdeka , peranan dan kepentingan sosial politik dan kekuasaannya menjadi terganggu; atau
 T. Cumbok tidak setuju atas bergabungnya Aceh kepada NKRI, yang sewaktu itu didukung PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang didukung penuh oleh Tgk Daud Beureueh
Pada 10 Januari 1946, ribuan rakyat, ulama, dan tentara Angkatan Perang Indonesia (API)-sebagian komandannya kaum ningrat menyerang markas Cumbok di Lam Meulo. Tiga hari pertempuran sengit berlangsung. Senapan, meriam saling berbalas. Hari ke-empat, mereka kabur ke hutan. Pertempuran resmi berakhir 17 Januari 1946. Nama Lam Meulo diganti menjadi "Kota Bakti" guna menghormati ratusan orang yang gugur di sana.
Tapi, kemarahan massa tak lekas reda, revolusi sosial meletup. Rumah indah milik Teuku Oemar Keumangan beserta seluruh isinya-senilai Rp 12 juta saat itu-dibakar habis. Tapi Teuku Ahmad Jeunib, yang jelas-jelas menyatakan setia pada Republik-tidak luput dari pembantaian. Para korban termasuk orang tua dan anak-anak uleebalang yang tak berdosa.
Pada 10 Januari 1946, Pidie dikepung dari berbagai penjuru. Perang besar-besaran antara kedua kubu tak lagi terhindarkan. Dengan dukungan yang besar, hanya dalam tiga hari, pasukan ulama berhasil menguasai Pidie. Daud Cumbok pun berhasil ditangkap pada 16 Januari 1946 di kaki Gunung Seulawah

TEUKU MUHAMMAD JOHAN ALAMSYAH AMPON CHIK PEUSANGAN


Teuku Muhammad Johan Alamsyah dan  Gen.Swart
Setelah menamatkan pendidikan di kuta raja atas bimbingan guru muhammad djam Teuku Muhammad Djohan Alamsjah serta kawan dan pengawalnya yang setia diantar kembali ke Nanggroe Peusangan. Jenderal van Heutz menganggap uleebalang muda Aceh ini sudah cukup berhasil dijinakkannya. Kepada Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dipercayakan kembali jabatan uleebalang Peusangan yang dipangkunya sesuai sarakata Sultan Aceh. Dalam pelaksanaan tugasnya uleebalang muda ini dibimbing oleh pamannya, Teuku Djeumpa. Pada hakekatnya pamannya inilah yang bertindak selaku uleebalang Nanggroe Peusangan.
Teuku Djeumpa dengan cermat mulai memutar roda pemerintahan Nanggroe Peusangan sepeninggal Teuku Tjhik Sjamaun. Kepada kemenakannya, Teuku Tjhik M. Djohan Alamsjah, dijelaskannya posisi Peusangan dalam peta politik terbaru tanah Aceh. Walaupun dikemas dalam untaian kata-kata yang indah, bahwa Kerajaan Belanda bersahabat dengan Nanggroe Peusangan melalui Korte Verklaaring, tak berarti Nanggroe Peusangan masih berkedaulatan penuh seperti yang tercantum dalam surat sarakata Cap Sikureung Sultan Aceh. Secara militer, Nanggroe Peusangan sudah terkalahkan oleh Kerajaan Belanda. Teuku Djeumpa juga menjelaskan kepada Teuku Djohan Alamsjah, kekalahan nanggroe–nanggroe uleebalang lain di tanah Aceh hanya tinggal menunggu waktu saja. Perlawanan secara terbuka terhadap Belanda akan mengorbankan seluruh rakyat Peusangan baik harta maupu nyawa, dan cara ini harus dihindari.
Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah yang masih belia itu, duduk terpukau merenungkan posisi Negara Aceh yang lemah berhadapan dengan Belanda. Uleebalang muda bersama pamannya yang bijak itu berkesimpulan, tak ada jalan lain menghabisi Belanda kecuali melalui pendekatan diplomatis. Maka, uleebalang muda itu bertekad akan menghabisi Belanda dengan ilmu Belanda itu sendiri. Dalam perjalanan sejarah Aceh tercatat, Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah terkenal selalu bersikap lemah-lembut dan lugas terhadap siapapun, baik terhadap Belanda sebagai musuh maupun terhadap rakyat Peusangan yang dibelanya.

Hingga akhir hayatnya, rakyat Peusangan menganggap Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah sebagai bapaknya, tempatnya berlindung. Sebaliknya Belanda, sebagai musuhnya, menganggap uleebalang Peusangan ini sebagai sahabatnya. Sebagai uleebalang di dalam surat “Cap Sikureung” ditegaskan bahwa Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dengan pangkat Kejreuen berhak mengambil hasil dari laut, darat, dan hutan di wilayah Nanggroe Peusangan

TEUKU MUDA DAWOT ULEE BALANG SEULIMEUM XXII MUKIM


Teuku Moeda Dawud
Awal bulan Juli 1896 kawasan XXII Mukim, tempat dimana Sultan Muhammad Daud Syah berada mendapat serangan besar-besaran dari pihak Belanda. Penyerangan ini memaksa Sultan Aceh mengundurkan diri ke Pedalaman Seulimeum pada tanggal 29 Juli 1896 Panglima Polim-dan penasihatnya T. Moeda Ali bin T. Ayer-Alang, para Imam Gle jueng dan Tanah-Abe, selain T Musa Anak-Bate,  Brahim-Montassik T. dan T. Moeda-Daud membuatpertahanan. sementara sultan ke Padang-Tidji di VII Moekims Pedir ikut serta T. Mahmood Tjoet-Lam-Tengah, dengan anak-anak Toekoe Moeda-Baid dan T. Rajoet, berada di pegunungan barat pada Gle-Moenda
Pihak Belanda dengan kekuatan 1,5 batalion infantri kemudian menyerang kawasan Seulimeum setelah mengetahui keberadaan Sultan Aceh di sana. Mendapatkan penyerangan itu, pada bulan September Sultan hijrah ke Pidie. Bersamaan dengan menyingkirnya Sultan Muhammad Daud Syah ke Pidie, maka demi menegakkan hak, martabat dan harga diri rakyat Aceh, Panglima Polem bersama pasukannya langsung menuju ke pegunungan XXII Mukim. Mereka berusaha memperkuat benteng pertahanan di wilayah itu.

Sejak awal September hingga akhir bulan Oktober 1896 Belanda rnenyerang XXII Mukim. Belanda dapat mendesak dan menghancurkan kubu-kubu pertahanan Aceh, hingga mereka berhasil menduduki Jantho. Menghadapi kenyataan itu Panglima Polem bersama pasukannya mulai membuat perhitungan dengan pasukan Belanda, terutama dengan cara bergrilya sambil mendirikan kubu-kubu pertahanan di pegunungan Seulimeum, seperti di Gle Yeueng. Dari sini Panglima Polem berhasil menduduki Kuta Ba’Teue  (Adi Fa )

Selasa, 07 Oktober 2014

ALMANAK/PENANGGALANpenangglan atjeh BANGSA ATJEH

penanggalan atjeh

Menurut Snouck Hurgronje dalam bukunya “The Atjeher” Snouck menyatakan bahwa keunong diawali dengan keunong dua ploh lhee (23 Jumadil Akhir, menurut tahun Hijriah). Pada keunong ini, biasanya padi-padi di sawah mulai menguning, banyak yang rebah dan menjadi puso karena angin timur yang sangat kencang
Dalam membagi bulan, musim dan iklim, masyarakat Aceh sejak zaman dahulu mempunyai penanggalan tersendiri, yang disebut dengan keunong atau keuneunon

keunoeng dua ploh sa (21 Ra’jab). Pada musim ini biasanya padi di sawah mulai panen, atau khanduri blang (kenduri turun ke sawah) untuk memulai penyemaian benih. Dekade ini sering juga disebut sebagai musem luah blang dalam artian sawah-sawah sudah selesai panen
keunong sikureung blah, biasanya keadaan iklimnya hampir sama dengan keunong dua ploh sa. Para petani mulai turun ke sawah.
keunong tujoh blah, pada dekade ini awal bertiupnya angin barat. Mengawali musim ini, para nelayan biasanya mengadakan khanduri laot (kenduri turun ke laut) karena pada musim barat ombak tidak besar.
keunong limong blah. Pada musim ini sawah-sawah sudah siap digarap dan siap tanam dan di laut mulai ada badai. Pada pertengahan bulan Zulkaidah akan beralih ke keunoeng lhee blah, berlanjut ke keunong siblah dan terus ke keunong sikureung. Suatu hal yang sangat ganjil, mungkin juga fenomena alam, keunong sikureung ini menurut masyarakat pedesan, ditandai dengan banyaknya keureungkong (ketam darat) yang keluar dari lubangnya (keureungkong woe), entah sejauh mana korelasi antara keunong sikureung ini dengan keureungkong woe, tapi yang jelas pada dekade ini, suhu sangat panas.
Keunong tujoh lain lagi, pada dekade ini, ditandai dengan banyaknya anjing yang menggonggong di malam hari. Karena biasanya jatuh pada bulan Safar, pada keunong tujoh biasanya tidak diadakan acara-acara pesta pernikahan, khitanan dan lain sebagainya, karena dianggap bulan yang naas. pada akhir bulan ini masyarakat biasanya manoe rabu abeh.
keunong limong, ditandai dengan mulai bertiupnya angin timur dan para nelayan mulai melaut kembali. Terus beralih ke keunong lhee. Terakhir keunong sa, pada musim ini, hujan sangat lebat dan cangguek poe (katak) akan bersuara di setiap kubangan.
Keunong siblah tabu jareung, keunong sikureung rata-rata, keunong tujoh pih jeut mantong, keunong limong ulat seuba.

Selain keunong ada juga penanggalan Aceh yang berdasarkan tahun Hijriah. Bisa dikatakan penanggalan ini adalah penanggalan Arab yang di-Aceh-kan, yaitu; Bulan Muharram, menurut penanggalan Arab dalam penaggalan Aceh disebut Asan-Usen, hal ini diambil dari nama cucu nabi Hasan dan Husen. Bulan Safar menurut tahun Hijriah di Aceh disebut Safa. Bulan Rabiul Awal dalam penanggalan Aceh disebut buleun Molot, diambil dari kata maulud yakni memperingati hari lahirnya nabi Muhammad. SAW
Rabiul Akhir, dalam bahasa Aceh disebut adoe molot atau rabi’oy akhe.

Jumadil Awal dalam penanggalan Aceh disebut molot seuneulheuh.
Jumadil Akhir dalam penanggalan Hijriah, dalam bahasa Aceh disebut buleun khanduri boh kayee yaitu kenduri atau persembahan buah-buahan secara keagamaan. Bulan Rajab tahun Hijriah, dalam penanggalan Aceh disebut buleun khanduri apam, yaitu bulan kenduri kue apam. Bulan Sya’ban disebut buleun khanduri bu (kenduri nasi,

Bulan Ramadhan, dalam bahasa Aceh disebut langsung buleun puasa, karena pada bulan inilah puasa diperintahkan. Bulan Syawal, disebut uroe raya, karena pada awal bulan inilah perayaan hari raya idul fitri dilaksanakan. Selanjutnya bulan Zulkaidah, dalam bahasa Aceh disebut sebagai buleun meuapet.seuneleuh adalah bulan haji
berikut nama nama bulan dalam bahasa aceh:
1.Asan-Usen (nama untuk memperingati
Hasan dan Husein pada tanggal 10 Muharram)

2. Sapha
3. Mo'lot (dari Maulud: memperingati hari lahir Muhammad. Ada kalanya disebut: Rabi'öy away).
4. Adoë mo'lot (yaitu adik lelaki Mo'lot, sebab lahirnya Nabi juga diperingati
dalam bulan ini. Ada kalanya disebut: Rabi'öy akhe)

5.Mo'löt Seuneulheiïh (yakni akhir Mo'lot, sebab bulan inipun masih dipakai
untuk memperingati lahirnya Muhammad. Kaum wanita sebagai pemelihara
segala sesuatu yang lama atau kuno di Aceh, menamakan pula bulan ini
Madika phön, berarti "yang pertama
bebas": asal-usulnya tidak jelas .Adakalanya disebut: Jamadoaway

6. Kanduri boh kayeë (yakni kanduri atau persem
penanggalan atjeh
bahan buah-buah secara keagamaan.( Madika Seuneuheuëh) yaitu Jamadi akhe
7.Kanduri Apam ('kanduri kueh apam', juga Rajab atau Ra'ja
8.Kanduri Bu (kanduri nasi', juga disebut Sya'ban
9.Puasa atau Ramalan 
10. Syawwal Uroë Raya (bulan perayaan) atau Syaway
11.Meu'apet (terjepit/terhimpit, terkurung atau Dul ka'idah
12.buleun haji atau dulhijah.

Adapun nama nama hari dalam bahasa aceh adalah;
Aleuhat= Minggu
Seunayan= Senin
Seulasa= Selasa
Rabu- Rabu
Hameh =Kemis
Jeumeu'ah= Jum'at
Sabtu=sabtu(almanak aceh col tropen musium