Sekitar tahun 163O M, oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607 - I636 M. telah mengangkat salah seorang pahlawan mudanya menjadi Gubernur Sipil dan Militer yang berkedudukan diPariaman. Pahlawan Muda itu diberi gelar (Laksamana Muda Nanta", Laksamana Nanta menetap disana, kemudian kawin dengan salah seorang puteri Minang, beranak cucu dan akhirnya berkubur di Pariaman.
Setelah bertarung mati2an selama berpuluh2 tahun dengan Belanda yang mengerahkan seluruh potensinya, untuk menguasai Andalas Barat maka setelah berkuasa selama Ik. 130 tahun sejak tahun 15^0 M. hingga tahun 1670 M. berakhirlah kedaulatan Atjehdi Sum.Barat itu .
Akibat peperangan antara Atjeh/Minang melawan Belanda terjadilah perpindahan penduduk, terutama yang lemah2 dari sekitar pantai keudik dan diantara yang turut mengungsi itu termasuklah keturunan2 dari Laksamama Muda Nanta.
Teuku umar dan keluarganya dilampisang |
Kemudian seorang diantara keturunan2 dari Laksamana MudaNanta sesudah dewasa di kenal dengan'gelar Datuk Sungsang Bulu ,seorang pahlawan gagah berani, ahli perang, serta menurut orang terkenal sakti . Datuk Sungsang Bulu mempunyai salah seorang putera yg banyak mewarisi sifat2 dan ilmu2 dari beliau dan sesudah dewasa digelarkan Datuk Machudum Sakti .
Disamping itu Datuk Machudum diketahui sebagai seorang ahli politik perang, dagang dan sangat benci kepada bangsa Belanda. Sejak kecil Datuk Machudum telah mendongar cerita neneknya tentang negeri asal .
kejayaan Atjeh dan kepopuleran Sultan2-nya.Karena didorong oleh satu dan lain sebab, Datuk Machudum Sakti lalu mengumpul teman2nya yang semudik dengan beliau dan teman2nya itu umumnya. berasal dari daerah berlain2an pula umpamanya dari lubuk sikaping pasaman pariaman Rao dan tiku. Dengan duabelas buah perahu merekapun meninggalkan andalas.
datuk machudum telah lama mendengar bahwa dipantai barat atjeh ada terdapat sebuah gunung mengandung emas malah sungai2nya pun mengalirkan emas .tujuan mereka persis disekitar muara sungai disitulah mareka melabuh jangkarnya.tempat sebelumnya disebut pasi karam sejak itu digelarkan oran nama meulaboh.Datuk Machudum pun berangkatlah ke Banda Atjeh Darussalam, untuk menghadap Sultan, dan menyampaikan maksudnya.
Sultan Djamalul Alam Sjarif Hasjim Badrul Munir disebut juga dengan sebutan Poteu Djamalooy - (1125 - 114-5 H, - 1713 - 1733 M.) berkenaan mengabuLkan permohonan Datuk, untuk mendirikan negeri dan membuka pertambangan emas ditempat dimaksud. Dan Sultanpun telah menamakan kampung (negori) tsb dengan "Woylom, maksudnya Datuk Machudum Sakti keturunan Atjeh telah kembali lagi kenegeri asalnya tetapi karena pengaruh dialek anak negeri, kalimat tsb dipermudah, dipersingkat dan diucapkan menjadi "Woyla ".
Datuk Machudum diangkat menjadi Kepala Negeri dan kepada beliau ditugaskan untuk menyetorkan pajak negeri dan tambang emas setiap tahunnya keperbendaharaan negara diibu kota, Datuk tetap setia melakukan tugasnya dengan baik selama beberapa tahun,
Tetapi dalam tahun2 berikutnya terjadilah kemelut diibu kota, dengan timbulnya pemberontakan rakyak yang menginginkan supaya Sultan Djamalooy turun tahta, Akibat suasana tsb Datuk Machudum menjadi enggan menyetor pajak dan tidak muncul2 keibu kota, Setelah melihat hal tsb Sultan Djamalooy memerintahkan T.Panglima Seri Setia Ulama Panglima Sagi 25 mukim yang masih setia kepadanya untuk datang dan menagih pajak negeri kepada Datuk Machudum diwoyla,kpd utusan itu oleh Datuk dipersembahkan sebuah peti besar dan katanya telah diisi penuh dgn uang pajak negeri Woyla, Sesampainya dihadapan Sultan diistana barulah peti itu dibuka dan rupa2nya isi peti tsb tak lain dari perca2 tua, besi2 buruk dan lain2. yang tak ada harga nya. Melihat hal tsb Sultan ' menjadi sangat marah pada Datuk Machudum dan terus memerintahkan salah seorang Pang Ule Peunaro seorang panglima yang gagah berani dan setia untuk menyampaikan dua kata kepada Datuk Machudum Sakti , yaitu 1.) Bayar lunas tunggakan pajak negeri woyla atau ?.,) ditangkap untuk diringkus dalam pendjara,
Karena tidak adanya jalan kompromi antara yang datang dengan yg didatangi, terjadilah perkelahian dan pertumpahan darah yang sia2 dan tidak diingini , setelah kedua belah pihak banyak yg tewas dan lain2 luka2 dengan suatu muslihat Datuk Machudum berhasil ditangkap dan ditawan.
Dgn badan jang penuh luka2 Machudum digiring keibu kota dan dihadapkan kedepan Sultan. Datuk Machudum lalu dijebloskan kedalam pendjara di Lam Nga.
Sewaktu Sultan Alaidin Achmadsjah, putera dari Sul tanah (Ratu) Nurul Alam Nakiatuddin (1676-.I678 M.) dan Laksamana Maharadja Lela naik tahta tahun 1733 M (1733 - 17^2 M) beliau lalu membebaskan Datuk Machudum Sakti , memberi persalin dan mengangkatnya menjadi salah seorang panglimanya dengan gelar Tok Panglima Eumping Beuso.
Lebih kurang100 tahun kemudian, oleh suatu kesalah faham antara Sultan Alaidin Sulaiman Ali Iskandarajah (1839 - l84l M„) dengan Panglima Polem Serimuda Perkasa. T.Mahmud Tjut Banta, istana Sultan telah dikepung oleh Polem. Sultan dan pengisi istana akhirnja hampir berputus asa dan tak mungkin lagi membebaskan diri dari kepungan tsb . Andaikata mereka mengetahui rahasia isi istana , pastilah dengan tempo.yang singkat saja istanadapat direbut dan Sultan berhasil ditawan,
Rupa2nya dewi fortuna masih berada dipihak Sultan, Ditengah malam yang pekat, masuklah sesosok tubuh manusia, tanpa memperkenalkan dirinya , lalu menerangkan sebuah rahsia dimaana kelemahan Panglima Polem,dengan itu pula Sultan berhasil memperkuat kedudukannya dan mengakibatkan Panglima Polem terpaksa membatalkan niatnya dan kembali dengan tangan hampa ke Lam Sie.Setelah kedudukan Sultan stabil kembali, beliaupun berusaha untuk mengetahui siapakah sebenarnya pemuda jang telah begitu sedia mengorbankan jiwa raganya demi keselamatan Sultan, rupa2nya pemuda tsb tak lain dari salah seorang cicit dari Datuk Machudum Sakti.Panglima Eumpieng Beso yang terkenal , tegasnya zuriat dar i T.Laksemana Muda Nanta,Panglima Angkatan Perang Atjeh di Andalas Barat lk200 tahun yang lalu.
Lalu Sultan mengangkat pemuda tsb menjadi saLah seorang Uleebalang Poteu/Panglima Sult an dan diberi gelar "Teuku Nanta Setia Radja.
Sultan menyerahkan hasil pulau2 sekitar VI mukim Meuraxa untuk nafkah hidup beliau dan mengawinkannya.dengan Tjut Ti Raja binti Potjut Daud, salah seorang familinya . Beliau inilah ayah T.Tjhik Nanta Setia dan T.Mahmud dan nenek dari T.Umar Djohan Pahlawan dan Tjut Njak ' Dien.
T.Umar Djohan dan Tjut Njak Dien, keduanya adalah satu nenek, sewali atau sepupu. Ayah mereka bersaudara kandung, yang tua T.Tjhik Nanta Setia adalah ayah dari Tjut Njak Dien dan yang muda T. Mahmud Nanta adalah ayah dari T.Umar,
Teuku Umar Johan pahlawan |
Sepasang pahlawan terkenal ini adalah cucu kandung dari T.Nanta Setia Radja Tjhik, salah seorang Uleebalang Poteu (Panglima Sultan Atjeh), T.Tjhik Nanta Setia diangkat oleh Sultan Sulaiman Ali Iskandar sjah, menjadi uleebalang VI mukim dari sagi 25 mukim Atjeh Besar dan berkedudukah di Peukan Bada.
Beliau kawin dengan puteri T.Udjung Uleebalang Lam Nga dari 12 mukim Tungkop dari sago 26 mukim A.Besar. Dari perkawinan ini lahirlah Tjut Njak Dien. anak beliau yang ketiga yang bungsu dan satu2nja puteri beliau.Dan Tjut Njak Dien ditaksir lahir sekitar tahun 1857 M. T.Mahmud yang digelar T.Meulaboh, sewaktü mudanja pergi merantau ke Meulaboh, beliau kawin dengan Tjut Mahani puteri T.Suloh Keudjrun Tjhik Kaway 16 Meulaboh, beliau menetap sebagai saudagar dan menjadi tangan kanan mertuanya T.Suloh di Meulaboh.Dari perkawinan nya dengan Tjut Mahani itu lahirlah T.Umar Djohan Pahlawan ( tahun'1859 M.) sebagai anak kedua dari 4 orang putera dan 2 orang puteri beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar