Tentang BLOG

Blog ini sendiri banyak berisi tentang sejarah perjuangan dan kemegahan kesultanan aceh di masa lampau, kisah pejuang aceh yang sangat perkasa, sejarah sejarah kesultanan lainnya di nusantara serta kisah medan perang yang jarang kita temukan. semoga bisa menjadi motivasi bagi kita bersama untuk terus menggali sejarah dan untuk menjadikan sejarah sebagai motivasi dalam kehudupan kebangsaan kita.

Minggu, 15 Maret 2015

TEUNGKU AMIR HUSEN AL MUJAHED,KETUA PENGURUS BRSAR PEMUDA PUSA

Teungku Amir Husin Al-Mujahid, selaku Ketua Pengurus
Besar Pemuda PUSA, datang ke Kutaraja dari Idi,
Aceh Timur, tidak lama sesudah proklamasi kemerdekaan.
Kedatangannya bertujuan untuk memimpin rapat Pemuda
PUSA seluruh Aceh, dalam rangka menyambut kemer-dekaan
Republik Indonesia. Rapat tersebut tidak dapat berjalan
seperti yang telah direncanakan. Ternyata jumlah undangan
yang hadir sangat jauh dari yang diharapkan.

Teungku Amir Husin Al-Mujahid dikenal sebagai
seorang yang militan dan ambisius, tetapi kontroversial. Ia
lahir di Idi, pendidikan terakhirnya pada suatu maktab di
Tanjung Pura, sebuah perguruan yang banyak menghasilkan
ahli agama yang kemudian menjadi ulama dan mubalig terkenal,
tapi juga menghasilkan ahli agama yang kemudian
menjadi tokoh komunis seperti Ali Hanafiah, tokoh PKI
Kalimantan Selatan; dan Samakidin, tokoh PKI di Kutaraja.
Amir Husin Al-Mujahid punya pergaulan yang luas.
Selain dengan para ulama, terutama ulama PUSA, ia juga
bergaul rapat dengan tokoh komunis seperti Nathar Zainuddin,
Xarim M . S, dan Sarwono. Pada masa pendudukan Jepang, Teungku Amir Husin Al-Mujahid membantu Ke -pala Jawatan Rahasia Jepang di daerah Langsa.

Dalam "Revolusi Sosial" ia mengambil alih pangkat
dan kedudukan Teuku Nyak Arief selaku anggota Staf
Umum Komandemen Sumatera. Tapi kemudian, setelah ia
memangku jabatan itu, ia tidak pernah tahu harus berbuat
apa selain menyandang pangkat Jenderal Mayor yang direbutnya
itu. Ia mengaku bahwa gerakannya untuk meng-hapuskan
feodal,

Tetapi di Kuala Simpang ia memperebutkan
seorang puteri kaum feodal dengan Nurdin Sufi, orang kepercayaannya
yang terdekat. Tentu saja dalam perebutan itu
Nurdin Sufi tersikut dan harus mengalah pada komandannya,
sang Jenderal Mayor Tituler Husin Al-Mujahid.
Amir Husin Al-Mujahid merasa telah mencapai
puncak kejayaan dengan pangkat dan kedudukan yang
tinggi dalam zaman revolusi fisik itu. Namun ia tidak punya
peran apa-apa lagi sesudah itu, kecuali ikut memperjuangkan
status tambang minyak Pangkalan Brandan serta ikutikutan
pula berbicara dalam mempertahankan provinsi
Aceh yang dihapuskan pemerintah pusat pada waktu itu

Ketika Teungku Daud Beureueh berontak dan mendirikan
Darul Islam di Aceh, Teungku Amir Husin Al-Mu -
jahid ditunjuk sebagai Ketua Majelis Syura (semacam
DPR) negara bagian dari NII (Negara Islam Indonesia).
Tetapi ketika terjadi perebutan kekuasaan yang dilancarkan
oleh Gani Usman dan Hasan Saleh terhadap
Teungku Muhammad Daud Beureueh selaku Wali Negara
Darul Islam, maka Teungku Amir Husin Al-Mujahid pun
segera saja meninggalkan Teungku Muhammad Daud Beureueh.
Bersama A . Gani Usman serta Hasan Saleh.mareka membentuk Dewan Revolusi.

Semangat yang ada dalam diri para Pemuda PUS A
dimanfaatkan oleh Tengku Amir Husin Al-Mujahid. Mereka
membentuk Tentara Perjuangan Rakyat (TPR), di bawah
pimpinan Amir Husin Al-Mujahid. TPR lahir di Idi dan
bertujuan untuk memperbaiki Pemerintahan Daerah Aceh
yang masih labil, dan menurut mereka tidak dapat dipercaya
meneruskan revolusi nasional seperti yang dikehendaki
oleh rakyat banyak. Mereka menganggap dalam aparat
pemerintahan di Aceh masih terdapat anasir-anasir feodal
dan yang pro feodal, yang dikhawatirkan merupakan hambatan
bagi jalannya revolusi.

D i samping itu TPR juga bermaksud
menghapuskan sistem pemerintah feodal yang berjalan
berabad-abad di tanah Aceh dengan jalan menurunkan
seluruh Uleebalang yang masih ada, walaupun mereka tidak
segolongan dengan Uleebalang Cumbok(sumber biografi mayjen Syamaun Gaharu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar