Tentang BLOG

Blog ini sendiri banyak berisi tentang sejarah perjuangan dan kemegahan kesultanan aceh di masa lampau, kisah pejuang aceh yang sangat perkasa, sejarah sejarah kesultanan lainnya di nusantara serta kisah medan perang yang jarang kita temukan. semoga bisa menjadi motivasi bagi kita bersama untuk terus menggali sejarah dan untuk menjadikan sejarah sebagai motivasi dalam kehudupan kebangsaan kita.

Jumat, 14 November 2014

TUANKU RAJA IBRAHIM BIN SULTAN ALAIDIN MUHAMMAD DAUDSYAH PUTRA MAHKOTA KERAJAAN ACEH


TUANKU RAJA IBRAHIM
BIN SULTAN ALAIDIN MUHAMMAD DAUDSYAH
Sultan ‘Alaidin Muhammad Daud Syah, tahun 1904 dibuang Belanda ke Jakarta. Sultan Muhammad Daud atau biasa juga disebut Tuanku Muhammad Daud, resminya diangkat sebagai calon raja oleh Majelis Kerajaan Aceh semasa kanak-kanak menggantikan pamannya Sultan Mahmud Syah yang meninggal tahun 1874. Majelis Kerajaan Aceh yang berkuasa menurunkan dan mengangkat raja Aceh itu terdiri dari Tuanku Raja Keumala, Tuanku Hasyem (sekaligus wali Tuanku Muhammad Daud) dan Teuku Panglima Polem.Majelis ini menyerahkan kekuasaan untuk memerintah dan memimpin Aceh melawan Belanda kepada Teuku Tjhik Di Tiro. Ketika Tuanku Muhammad Daud ditawan Belanda, dia memberikan kekuasaan itu kepada Teuku Tjhik Mahyeddin Di Tiro (putera terakhir Teuku Tjhik Di Tiro). Belanda menganggap perang Aceh usai pada 3 Desember 1911, sesaat Teuku Maat Tjhik Di Tiro (cucu Teuku Tjhik Di Tiro tewas di medan laga.
Perihal Sultan Muhammad Daud sendiri, setelah berpindah-pindah tempat pembuangan (Jakarta, Bandung, Ambon),pada hari senin tanggal 6 february tahun 1939 meninggal di Jakarta, tanpa pernah kembali ke tanah kecintaannya. Raja terakhir ini punya seorang anak sulung, calon Putera Mahkota Kerajaan Aceh Raya, Tuanku Raja Ibrahim. Sebagai putera raja, kehidupan nya cukup beragam. Pernah misalnya berkunjung ke negeri Belanda , karena Ratu Wilhelmina menyatakan ingin berjumpa dengan sang Raja Muda.Dan Ratu memberinya pangkat Letnan. Tapi ini bukan berarti kompromi: menjelang Tuanku Ibrahim menginjak dewasa, dia sering ikut sang ayah bergerilya di hutan. Juga ketika sang ayah dibuang ke Jakarta, Tuanku Ibrahim turut serta.
Bermukim di Pisangan lama, Jatinegara, ayahnya sempat menikahi seorang dara Banten yang mempunyai nama panggilan Neng Effi. Dari wanita ini lahirlah lima orang adik tiri Tuanku Ibrahim. TWK IBRAHIM di tahun 1937 kembali ke Aceh walaupun sang ayah melarangnya. Sampai 1960, Tuanku Ibrahim menjabat Mantri Tani di Sigli. Biarpun putera raja, nyatanya kehidupan beliau tidaklah kaya. TWK RAJA IBRAHIM.menikah delapan kali, dan menetap di Lam Lho bekas Putera Mahkota kerajaan aceh ini hidup dalam keadaan sangat jauh dari gambaran hidup layak nya pangeran, Beliau meninggal di Banda Aceh tahun 1982 dan dimakamkan di Pekuburan Raja-raja Komplek Baperis, Banda Aceh.
TR IBRAHIM meninggalkan delapan orang istri dan16 orang anak,dari 16 orang anak tersebut sepuluh orang masih hidup dan enam orang lainnya sudah meninggal dunia(november 2013) ke enam belas putra tersebut adalah; .
1. Tengku Putro Safiatuddin Cahya Nur ALAM (beliau tinggal di mataram
2. Tengku Putro Darma Kasmi Cahya Nur Alam (Almarhum)
3. Tuanku Raja Zainal Abidin (Almarhum, dan dimakam kan di riweuk pidie)
4. Tengku Putro Rengganis Jaya Kusuma (Tinggal di Tangse Pidie) 
5. Tuanku Raja Kamaluddin (Almarhum, meninggal di Banda Aceh saat Tsunami 2004)
6. Tengku Putro Sariawan Ratna Keumala (Tinggal di banda aceh)
7. Tuanku Raja Mansyur (Almarhum)
8. Tuanku Raja Johan (Almarhum,dimakamkan di Cot Sukon Langga Pidie)
9. Tuanku Raja Iskandarsyah (Almarhum. dimakam kan di Riweuk Pidie disamping makam abang nya TR Zainal abidin)
10. Tengku Putro Sukmawati (Tinggal di Banda aceh)
11. Tuanku Raja Syamsuddin (Tinggal di Lhok Seumawe)
12. Tuanku Raja Muhammmad Daud (Tinggal di Lhok seumawe)
13. Tuanku Raja Yusuf (Tinggal di banda aceh)
14. Tuanku Raja Sulaiman (Tinggal di Kota Bakti Pidie)
15. Tengku Putro Gamba Gading (Tinggal di sabang)
16. Tuanku Raja Ishak Badruzzaman (Tinggal di kota bakti Pidie )

Sultanah Tengku Putro Safiatuddin cahya Nur Alam 
Sebagai anak pertama Tengku putro Safiatuddin cahya Nur Alam diangkat sebagai Sultanah mengantikan Ayahanda nya untuk memimpin keturunan dan ahli waris kesultanan aceh darussalam,beliau ditabalkan saat berumur 44 hari oleh kakek nya, dan di saksikan oleh rakyat dan ulama serta para ule balang. disaksikan pula oleh T. Umar Lhok Reu ( anak Tgk Ditiro.). Tgk Ujong Rimba, Teuku Raja keumangan, Tgk Ali, Tgk Umar Leungputu Dll, namun surat penabalan tersebut hilang ketika banjir melanda aceh saat itu. beliau sudah sepuh dan tinggal di mataram, tapi beliau di beri kekuasaan oleh Allah swt memiliki daya ingat yg sangat kuat. Beliau mengenal dan ingat semua keturunan-keturunan Ulee Balang besar Aceh beserta silsilah nya (Sumber; wawancara Adi Fa dengan TP Safiatuddin CA)

3 komentar:

  1. Kuburan didepan rumoh aceh di museum aceh kuburan siapa ? di monumen tertulis Sultan Muhammad Daud Syah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disitu ada kesalahan penulisan...seharusnya Sultan Alaidin Muhammad Syah...

      Hapus
  2. Asslm alkm.. sy tertarik dgn tulisan saudara.. Mohon kami diberi nomer kontak saudara, utk mempermudah komunikasi kita.... mohon dikirim ke email (homesinyo@gmail.com)

    BalasHapus