Tentang BLOG

Blog ini sendiri banyak berisi tentang sejarah perjuangan dan kemegahan kesultanan aceh di masa lampau, kisah pejuang aceh yang sangat perkasa, sejarah sejarah kesultanan lainnya di nusantara serta kisah medan perang yang jarang kita temukan. semoga bisa menjadi motivasi bagi kita bersama untuk terus menggali sejarah dan untuk menjadikan sejarah sebagai motivasi dalam kehudupan kebangsaan kita.

Senin, 30 Desember 2013

Amad Leupon

Suasana tangsi militer Belanda di pinggir Krueng Keureutoe Lhoksukon

Pada tahun 1933 Schmid seorang kapten KNIL meninggalkan rumahnya di Lhoksukon. Kapten ini seorang yang berwajah tenang dan dengan tenang ia melewati orang-orang Aceh yang dengan ramah pula menyambutnya. Tidak ada yang menyangka, tidak juga si Kapten bahwa sejurus kemudian seseorang diantara orang-orang Aceh yang berkumpul itu akan segera menusuknya dengan  sebilah rencong. Amad Leupon sang pembunuh yang pejuang Aceh itu dengan segera pula ditebas dengan kelewang oleh tentara KNIL lain yang berada ditempat tersebut. Schmid mati pembunuhnya juga mati, darah keduanya membasahi bumi Pase. 


Anak muda dari gampong Abeuek Leupon itu ternyata selama ini telah lama terlihat berada disekitar tangsi Belanda di Lhoksukon. Selama orang-orang melihatnya tidak satupun yang menyangka bahwa ia menyimpan sebuah dendam yang nekad dalam jiwanya terhadap Belanda. Ia tak pernah memberitahu sesiapa saja jika ia memusuhi Belanda sepenuh jiwanya. Bara api itu sangat rapat dipendam dalam keramahan sebagaimana orang-orang Aceh lainnya di Lhoksukon. Dendam yang terbalas pada hari dimana ia menusuk Schmid dengan rencong yang tersembunyi dibalik bajunya yang kumal. Rencong itu setiap pagi dan sore ia asah sedemikian tajamnya, dipersiapkannya untuk menuntaskan sebuah pekerjaan besar. Dan orang-orang Belanda mengenangnya bukan sebagai sebagai martir ia hanya seorang yatim piatu yang gila dalam cuaca perang. Kegilaan yang umum ditengah ketertekanan jiwa manusia dihimpit perang berkepanjangan. Apakah sesederhana itu ia bertindak? Jika anda melihat jauh kedalam jiwanya, maka anda akan melihat bahwa keberaniannya  bukan sebuah kegilaan. Itu adalah keberanian seorang pejuang. Dalam keyakinan yang dianutnya jelas tertulis, membunuh kaphe Beulanda yang telah menghancurkan negerinya adalah perjuangan suci. Kematian dalam tugas suci itu adalah syahid.

Sebelumnya Amad Leupon adalah seorang anak muda kampung. Suatu ketika ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ayahnya tersungkur bersimbah darah dihantam peluru KNIL sang ayah tercinta gugur sebagai bunga bangsanya. Amad masih sepuluh tahun ketika itu. Sang ayah tidak mewarisi apapun harta benda buat bocah Amad. Kecuali darah kepahlawanan dan sebongkah duka dihati Amad kecil. Duka yang kelak menjadi harga mati kebenciannya terhadap Belanda.  Beberapa tahun setelah ayah kemudian menyusul pula sang ibunda. Jadilah Amad sebagai manusia kecil yang kehilangan seluruh hak kebahagiaan hidup. Berpedoman pada jejak ayahnya, ia memutuskan untuk mati sebagai martir dan menukar hidupnya yang singkat dengan kenikmatan kekal di surga Allah.

Terdidik oleh keadaan dan duka laranya, Amad Leupon begitu hati-hati dalam memilih Belanda sebagai bakal mangsa rencongnya. Ia mengintai dalam waktu yang lama dilokasi serangan. Berhari-hari ia mengintai keseharian Belanda lalu mempersiapkan senjatanya sebagai alat yang sangat mematikan hanya dalam sekali tikam. Sekian lama itu ia memastikan bahwa kehadirannya yang bersenjata tidak akan dicurigai oleh siapa saja sebagai ancaman bagi lawan. Semua rahasia hidup dan matinya hanya milik dirinya sendiri. Kematian ayahnya dulu telah mengajarkan dia untuk tidak percaya pada siapapun kawan dan lawan dalam perang yang panjang ini. Puncaknya pada detik ia melihat Schmid dalam seragam perwira melintas tenang dan aman ditengah keramaian. Dalam ketenangan diam-diam Amad pun menghadiahkan seutas senyum buat simalang Schmid, senyum kemenangan yang ia persembahkan di altar harga diri seorang pejuang bangsa. Malangnya Schmid menganggap itu adalah keramahan. Senyum ramah sang pemuda itu beberapa detik berikutnya adalah petaka yang disesali Schmid diujung usianya. Dalam senyum ia menusuk rencongnya, cukup untuk mengirim jiwa si kapten menuju alam lain meninggalkan onggokan bangkai yang tak berguna. Pada masanya nanti jasad itu menjadi bahan pembuktian bagi rasa bangga bangsa pembunuhnya, bertahun-tahun nanti setelah perang usai.

Selama ini telah ratusan tahun Belanda bercokol di kepulauan Nusantara belum pernah mereka menemukan adanya duel orang per orang seperti yang dialami oleh Schmid dan lawannya. Tidak pernah terlintas dalam pikiran kolonial yang penuh rasa percaya diri bahwa akan ada kegilaan total dari seorang pemuda bernama Amad Leupon. Tak sekalipun mereka sadar bahwa dalam perang yang tak berpemimpin di Aceh tersimpan dan bakal tertoreh sebuah strategi gila sebagai bentuk kecil dari perjuangan besar. Belanda tak bisa disangsikan telah mengalami kepandiran dalam menyikapi perang melawan tingkah gila musuh. Belanda segera menetapkan pelaku duel berani itu sebagai tindakan orang gila. Belanda tidak pernah mengakui hal itu sebagai perang yang sebenarnya. Tapi bagi rakyat Aceh itu adalah masih bagian Perang Suci, meskipun kini mereka tak lagi diatur dalam siasat seorang jenderal pemimpin perang semesta. 

Sebuah Perang Suci hanya akan berakhir ketika tujuannya tercapai, dan pergilah kalian para pahlawan bangsa dalam Perang Suci sampai Belanda diusir dari Aceh, meskipun kita tidak selalu memiliki kekuatan untuk melawan. Tapi kita telah bersumpah bahwa kita tidak akan beristirahat sampai kaum kafir Belanda terakhir telah diusir jauh dari pergi tanah kita. Menurut kehendak Allah.
Beberapa tahun sebelum dan setelah pecah Perang Dunia Kedua, para ulama pemimpin dan kaum ulee balang yang bersetia kepada bangsanya masih menyimpan semangat Amad Leupon dalam perjuangannya. Mereka akhirnya mampu bangkit memimpin bangsanya dalam sebuah gerakan bersama, dibawah sumpah endatu bahwa mereka akan segera merebut segala kesempatan yang ada guna mengusir kafir Belanda dari tanah mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar