Tentang BLOG

Blog ini sendiri banyak berisi tentang sejarah perjuangan dan kemegahan kesultanan aceh di masa lampau, kisah pejuang aceh yang sangat perkasa, sejarah sejarah kesultanan lainnya di nusantara serta kisah medan perang yang jarang kita temukan. semoga bisa menjadi motivasi bagi kita bersama untuk terus menggali sejarah dan untuk menjadikan sejarah sebagai motivasi dalam kehudupan kebangsaan kita.

Rabu, 15 Oktober 2014

TEUKU MUHAMMAD JOHAN ALAMSYAH AMPON CHIK PEUSANGAN


Teuku Muhammad Johan Alamsyah dan  Gen.Swart
Setelah menamatkan pendidikan di kuta raja atas bimbingan guru muhammad djam Teuku Muhammad Djohan Alamsjah serta kawan dan pengawalnya yang setia diantar kembali ke Nanggroe Peusangan. Jenderal van Heutz menganggap uleebalang muda Aceh ini sudah cukup berhasil dijinakkannya. Kepada Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dipercayakan kembali jabatan uleebalang Peusangan yang dipangkunya sesuai sarakata Sultan Aceh. Dalam pelaksanaan tugasnya uleebalang muda ini dibimbing oleh pamannya, Teuku Djeumpa. Pada hakekatnya pamannya inilah yang bertindak selaku uleebalang Nanggroe Peusangan.
Teuku Djeumpa dengan cermat mulai memutar roda pemerintahan Nanggroe Peusangan sepeninggal Teuku Tjhik Sjamaun. Kepada kemenakannya, Teuku Tjhik M. Djohan Alamsjah, dijelaskannya posisi Peusangan dalam peta politik terbaru tanah Aceh. Walaupun dikemas dalam untaian kata-kata yang indah, bahwa Kerajaan Belanda bersahabat dengan Nanggroe Peusangan melalui Korte Verklaaring, tak berarti Nanggroe Peusangan masih berkedaulatan penuh seperti yang tercantum dalam surat sarakata Cap Sikureung Sultan Aceh. Secara militer, Nanggroe Peusangan sudah terkalahkan oleh Kerajaan Belanda. Teuku Djeumpa juga menjelaskan kepada Teuku Djohan Alamsjah, kekalahan nanggroe–nanggroe uleebalang lain di tanah Aceh hanya tinggal menunggu waktu saja. Perlawanan secara terbuka terhadap Belanda akan mengorbankan seluruh rakyat Peusangan baik harta maupu nyawa, dan cara ini harus dihindari.
Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah yang masih belia itu, duduk terpukau merenungkan posisi Negara Aceh yang lemah berhadapan dengan Belanda. Uleebalang muda bersama pamannya yang bijak itu berkesimpulan, tak ada jalan lain menghabisi Belanda kecuali melalui pendekatan diplomatis. Maka, uleebalang muda itu bertekad akan menghabisi Belanda dengan ilmu Belanda itu sendiri. Dalam perjalanan sejarah Aceh tercatat, Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah terkenal selalu bersikap lemah-lembut dan lugas terhadap siapapun, baik terhadap Belanda sebagai musuh maupun terhadap rakyat Peusangan yang dibelanya.

Hingga akhir hayatnya, rakyat Peusangan menganggap Teuku Tjhik Muhammad Djohan Alamsjah sebagai bapaknya, tempatnya berlindung. Sebaliknya Belanda, sebagai musuhnya, menganggap uleebalang Peusangan ini sebagai sahabatnya. Sebagai uleebalang di dalam surat “Cap Sikureung” ditegaskan bahwa Teuku Muhammad Djohan Alamsjah dengan pangkat Kejreuen berhak mengambil hasil dari laut, darat, dan hutan di wilayah Nanggroe Peusangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar