Sulthan Muhammad Daud Syah saat itu masih berusia 11 tahun diangkat menjadi raja. Karena sulthan masih muda maka dibentuklah lembaga wali nanggroë.
Pembentukan itu dilakukan pada 25 Januari 1874 melalui musyawarah Majelis Tuha peut yang terdiri dari, Tuwanku Muhammad Raja Keumala, Tuwanku Banta Hasjem, Teuku Panglima Polem Raja Kuala dan Teungku Tjik Di Tanph Abee Syech Abdul Wahab. Keputusan musyawarah tuha peut itu menarik semua kekuasaan ke hadapan tuha peut.
Tiga hari kemudian pada 28 Januari 1874, Ketua Majelis Tuha Peut Kerajaan Aceh Tuanku Muhammad Raja Keumala mengambil keputusan untuk mempersatukan rakyat Aceh diangkatlah Al Malik Al Mukarrah Tfk Tjik Di Tiro Muhammad Saman Bin Abdullah sebagai Wali Nanggroë Aceh yang pertama.
Di tempat upacara penobatan itu pula, Teuku Umar diangkat sebagai amirulbahri atau panglima laut untuk wilayah Aceh Barat dan Tuanku Mahmud Bangta Kecil, adik Tuanku Hasyim Bangta Muda, sebagai Wakil Sultan.adifa Pada kesempatan itu, Sultan berseru kepada para uleebalang agar meneruskan dan menggiatkan pengumpulan harta benda untuk keperluan perang sabil.Teungku Chik Di Tiro yang dipercaya oleh Sultan Muhammad Daud Syah untuk memimpin perlawanan
Pada tanggal 6 September 1903, bersama Tuanku Raja Keumala dan 150 orang pengikutnya, Teuku Panglima Polem berdamai dengan Belanda. Pada tanggal 6 September 1903 di Lhokseumawe, nota perdamaian ditanda tangani dihadapan Kapten Colijn.ketika TR keumala dan panglima polem menyerah,kepemimpinan kesultanan aceh dipegang oleh wali negera secara turun temurun dari keluarga tgk chik Ditiro sampai kepada wali negara terakhir TGk chik maat ditiro(dari berbagai sumber)foto TR keumala)