Tentang BLOG

Blog ini sendiri banyak berisi tentang sejarah perjuangan dan kemegahan kesultanan aceh di masa lampau, kisah pejuang aceh yang sangat perkasa, sejarah sejarah kesultanan lainnya di nusantara serta kisah medan perang yang jarang kita temukan. semoga bisa menjadi motivasi bagi kita bersama untuk terus menggali sejarah dan untuk menjadikan sejarah sebagai motivasi dalam kehudupan kebangsaan kita.

Jumat, 05 September 2014

PERJUANGAN JENDRAL BESAR TUANKU HASYIM BANTA MUDA DAN KELUARGANYA
Jendral Besar Tuanku Hasyim Bangta Muda, Panglima tertinggi Angkatan Perang Aceh, Waziruddaulah, Wazirul-harb, Tadbiratussulthan
Mulki alsyi dan Mangkubumi Kerajaan Aceh, yang telah mengucapkan
Perentah Harian tanggal 1 Muharram 1290 H :
"Tidakmengakui kedaulatan Belanda atas Aceh; dan berperang menantang
penjajahan Belanda demi agama, bangsa dan Tanah Air " , yang telah
menghadapi penjajah Belanda 15 tahun lamanya dalam bentuk konfrontasi di Sumatera Timur dan Aceh Timur (I858-I873) dan 25 tahun
lamanya dalam bentuk perang resmi total dan frontal(1873-1897)•
Almarhum telah mengorbankan segala2nya,
Beliau juga dibantu oleh keluarga nya dan Ulama ulama Tiro dalam menghadapi serangan Belanda yg semakin brutal dan biadab,bersama sultan Muhammad Alaidin Daudsyah bertekad membela negara dan bangsa sampai titik darah penghabisan. Oleh Jendral Van Swieten di gelari sebagai "todleben van atjeh" panglima genius yg dilahirkan memiliki keunggulan leluhur bangsa nya,de atjehsche general,pahlawan yg sangat ditakuti oleh Belanda,bersama Sultan Muhammad daudsyah dan pejuang mempertahankan aceh dr penjajah kaphe selama 40thn. beliau jg sbg wali nanggro wilayah aceh timur langkat serdang,pd hari jumat tgl 22 jan 1891 beliau wafat dan dimakamkan di padang tiji disamping masjid .Jika beliau dan Tgk Chik Ditiro tdk dilahirkan sesungguhnya Belanda sudah mengusai Aceh dengan sangat cepat.
Cut Nyak'Puan, istri almarhum Jendral Besar Tuanku Hasyim Bangta
Muda, yang t e l a h mengambil bahagian dalam bidang pengobatan korban perang. Almarhumah mempunyai pengetahuan dalam bidang ketabiban, mampu melakukan pembedahan untuk mengeluarkan peluru,

menjahit luka dan mengobatinya.
Tuanku Itam, adik kandung Tuanku Hasyim Bangta Muda. Almarhum adalah Panglima Pulau Kampai;dan lain2; dan terakhir Panglima Gunong Biram dalam daerah Sagl XXII Mukim.
Panglima Tuanku Budiman, anak dari Tuanku Abdul Majid (abang dari Tuanku Mahmud, bekas volkrad, Ketua Komite Nasional NRI Daerah Aceh, pensiunan Residen). Almarhum tertangkap dalam pertempuran, ditahan dalam penjara dengan hukuman siksa dan meninggal dunia dalam penjara penjajah Belanda
Tuanku Nurdin, adik dari Panglima Tuanku Budiman. Almarhum tertangkap dalam perkelahian bersama ibunya bernama Pocut Di-Biheuej
diasingkan ke Jawa; dan meninggal dunia dalam pengasingan di Rembang (Jawa Tengah) dalam tahun 1959
Pocut Mat Tahé. Almarhum s e r t a keluarganya y a i t u seorang istri
dan empat orang anaknya, semuanya syahid dalam pertempuran di Blang Rakal, Aceh Tengah. Almarhum adalah keturunan Pocut Kleng anak dari almarhum Sulthan Alaidin Ahmad Syah.
Panglima Polim Ibrahim Muda Kuala, anak dari Panglima Polim Mahmud
Cut Banta. Almarhum mendampingi ayahnya dalam agressi Belanda
yang pertama, dan bersama ayahnya mendampingi Panglima Besar Angkatan Perang Aceh Tuanku Hasyim Bangta Huda dalam ekspedisi Belanda yang kedua sampai almarhum meninggal dunia pada h a r i yang
sama dan jam yang sama dengan meninggalnya Panglima Tengku^Chik
DlTiro Mohammad Samman. Almarhum dikebumikan dicot leupeung,Lamsie.
Teuku Raja Abdullah; anak tertua dari Panglima Polim Mahmud Cut
Banta; calon Panglima Polim. Almarhum syahid d i Kuta Aneuëk Galong.
keluarga Panglima Polim lainya , diantaranya: Teuku Muda
ië Alang, Teuku Muda Bintang, Teuku Muda B i n ; dan l a i n 2 yang kesemuanya telah mengambil bahagian dalam menantang ekspedisi Belanda yang pertama dan kedua
Panglima Polim Mohamad Daud Syah, putera Panglima Polim Ibrahim
Muda Kuala dan menantu Jendral Besar Tuanku Hasyim Bangta Muda.
Almarhum berperang bahu membahu dengan iparnya Tuanku Raja Keumala dan Sulthan Alaidin Mohammad Daud Syah, baik dalam perang total dan frontal sebelum Tuanku Hasyim Bangta Muda meninggal dunia maupun dalam perang geurilya 1897-1903
Tengku Ratna Keumala, putri almarhum Tuanku Hasyim Bangta Muda,
itri Panglima Polim Mohammad Daud Syah. Almarhumah bergeurilya enam tahun lamanya bersama suami dan abangnya, dan pernah menembak mati sejumlah Belanda dalam suatu pertempuran sengit dan mendadak d i Gunong Lipêh (antara Tangsé-Takengon) dimana almarhumah sudah terkepung bersama suami dan abangnya dan dua orang pengikutnya.Satu diantara dua pengikutnya syahid ditempat. pengikut yang setia itu tidak menembak lagi dan ternyata syahid,
Tengku Ratna Keumala mengambil senapangnya dan menembak Belanda yang sebenarnya sudah dekat sekali dengan mereka, Setelah peluru habis pasukanpun kocar kacir .beliau bersama para pengikut nya berhasil meloloskan diri dari kepungan Belanda dengan cara melompat kejurang dan terselamatkan krn tersangkut di akar pohon.
Tuanku Raja Keumala, putera Panglima Tuanku Hasyim Bangta Muda.
Almarhum bergerilya bersama2 dengan adik perempuan dan iparnya
Panglima Polim Mohamad Daud Syah,bahu-membahu dengan Sultan
Alaidin Mohammad Daud Syah enam tahun lamanya (1897-1903).
Almarhum menghentikan perlawanan dalam tahun 1903.adifa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar